“Novel politik yang diriset dengan teliti. Dengan latar belakang era paling menentukan dalam sejarah Romawi Kuno” – NEWSDAY
Judul buku : IMPERIUM. Penulis : Robert Harris. Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama. Jumlah halaman : 413 halaman
Kalaulah ada sebuah buku yang mengisahkan pembelajaran politik yang jenius dan dikemas melalui sebuah karya sastra, maka tak berlebihan rasanya saya menempatkan IMPERIUM pada jajaran paling atas. Ya, IMPERIUM, sebuah novel cerdas yang berhasil merangkai nilai-nilai politik, sejarah, dan sosial menjadi satu pola sastra yang hangat dan memukau.
Novel ini menceritakan kisah hidup seorang Romawi yang dikemudian hari menyejarah namanya menjadi orang No.1 di Republik tersebut: Marcus Tullius Cicero. Seorang negarawan, senator, sekaligus orator brilian yang pernah dimiliki Roma.
Satu hal yang menarik dalam kisah Cicero adalah bagaimana untuk pertama kalinya dalam sejarah Republik Roma, jabatan tertinggi Imperium – kekuasaan tertinggi yang dimandatkan negara, diperoleh oleh seseorang yang tidak memiliki garis keturunan aristokrat. From zero to hero, tanpa dukungan dana yang besar dan melimpah, tanpa memiliki armada perang yang perkasa dan digdaya, tanpa garis generasi aristokrasi, Cicero memperoleh semuanya murni hanya karena bakat yang ia miliki : strategi politik yang disandarkan melalui kemahirannya dalam berorasi dan beretorika.
Adapun novel ini merupakan pengemasan ulang kumpulan tulisan Tiro M. Tullius seorang sekretaris pribadi yang menghabiskan masa bakti kepada Cicero sepanjang hidupnya. Sebelum akhir hayatnya Tiro menulis sejarah hidup sang majikan dalam membangun kekuasaan (imperium) di negeri Roma. Dalam sebuah pernyataannya Tiro pernah berkata,
“Sepanjang beberapa dasawarsa setelah kematiannya, aku sering ditanya seperti apa Cicero sebenarnya, tapi aku selalu berdiam diri. Namun karena hidupku sudah mendekati ajal kuputuskan untuk mengajukan karya ini sebagai jawabanku.”
Bagi saya sendiri IMPERIUM adalah salah satu novel terbaik yang pernah ada, atau minimal yang pernah saya baca. Ketika membacanya saya seakan dipaksa untuk larut sebagai saksi hidup peristiwa di dalamnya. Dan jujur saja, setelah selesai membacanya, saya disergap kerinduan untuk sekedar membalik-balikan kembali halaman novel ini untuk lagi dan lagi membacanya.
Sedahsyat itu? betapa tidak, dari novel ini kita akan disadarkan tentang arti penting usaha dan kerja-kerja nyata demi meraih pencapaian yang telah kita canangkan. Marcus Cicero, membuktikan dengan tegas betapa keterbatasan bukanlah hambatan untuk menciptakan sebuah karya besar dan meraih pencapaian yang memesona dalam hidup. Ah, rasanya inilah buku yang paling menginspirasi diluar buku keislaman yang pernah saya baca. Jenius dan memukau. Excellent!
“Kata – kata terakhir Cicero kepadaku adalah Permintaan agar aku menyampaikan kebenaran tentang dirinya, dan inilah yang akan kuupayakan… maka tentang kekuasaan serta dirinyalah, aku akan berdendang.”
(Tirro, M. Tullius, sekretaris sekaligus juru tulis sang orator Marcus Cicero)
Leave a comment